Karl Marx
Di dalam The Manifesto of the Comunist Party
yang ditulisnya bersama Engels, Marx mengemukakan konsepsinya mengenai
perjuangan kelas. Di dalam halaman pertama buku tersebut, ada sebuah kalimat.
“Sejarah dari semua masyarakat yang ada sampai
saat ini merupakan cerita dari perjuangan kelas. Kebebasan dan perbudakan,
bangsawan dan kampungan, tuan dan pelayan, kepala serikat kerja dan para
tukang, dengan kata lain, penekan dan yang ditekan, berada pada posisi yang
selalu bertentangan satu sama lainnya, dan berlangsung tanpa terputus.”
Dalam pernyataan Marx tersebut, secara tersirat
beberapa konsepsi pemikiran penting Marx dan Engels. Pertama, bahwa gagasan
sentral dan yang ada dibalik pernyataan itu adalah fakta bahwa sejarah sejarah
umat manusia diwarnai oleh perjuangan atau pertarungan diantara
kelompok-kelompok manusia. Dan, dalam bentuknya yang transparan, perjuangan itu
berbentuk perjuangan kelas. Menurut Marx, perjuangan ini akan senatiasa terjadi
dan permanen karena merupakan bagian yang inheren dalam kehidupan sosial, serta
akan terus berlangsung sejak dimunculnya kelas-kelas sosial.
Kedua, pernyataan tersebut mengandung preposisi
bahwa dalam sejarah perkembangan masyarakat selalu terdapat polarisasi. Suatu
kelas hanya berada dalam posisi pertentangan dengan kelas-kelas lainnya. Dan
kelas yang saling bertentangan itu tidak lain adalah kelas penindas dan kelas
tertindas. Marx berpandangan bahwa dalam proses perkembangannya masyarakat akan
mengalami perpecahan dan kemudian terbentuk dua blok kelas yang saling
bertarung, kelas borjuasi kapitalis dan kelas proletariat.[1]
Mengacu pada kedua hal tersebut, Marx menilai
bahwa arti penting dari konflik kelompok ekonomi bagi berjalannya proses
politik. Secara umum menurutnya, pertentangan tersebut merupakan kenyataan yang
inheren dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Marx mencoba
membedakan konflik kapitalis-pekerja dengan pertentangan kelas sebelumnya. Di
masa lampau, satu kelas hanya membangun satu kekuasaan kelas baru setelah
menumbangkan dominasi dari kelompok yang berkuasa. Di bawah sistem kapitalis
modern, proletariat secara bertahap menyerap semua kelopmpok sosial kecuali
sekelompok kecil kapitalis. Kemenangan dari kelompok proletariat, menurutnya
adalah kemenangan semua masyarakat dan bukan kemenangan sebagian kecil yang
signifikan. Ketika kemenangan kelompok ini tercapai, konflik kelas akan
berakhir karena semua pembagian kelas telah dieliminasi. Sintesis baru akan
muncul dan bebas dari ketegangan internal yang telah memporak-porandakan
masyarakat.
Kerangka singkat dan sederhana tentang
masyarakat feodal dan kapitalis ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana
sebuah masyarakat dapat berubah jika kelas penguasanya tetap solid. Menurut Marx,
berdasarkan prinsip bahwa substruktur menentukan struktur atas, maka kekuatan
sosial dan ekonomi menciptakan perubahan sejarah. Peristiwa-peristiwa besar,
seperti Reformasi atau Revolusi Perancis, tidak muncul karena perubahan ide
rakyat atau karena tindakan-tindakan indivindu besar, semua ini hanyalah
manifestasi luar dari perubahan struktur bawah yang lebih dalam.
Dalam teorinya mengenai dinamika dasar
perubahan[2],
sejarah dibangun di seputar empat ide yang saling terkait: perkembangan
ekonomi, konflik kelas, dialektika, dan revolusi. Setiap cara produksi, Marx
percaya, serta memiliki logika tersendiri. Ekonomi berubah dan berkembang
melalui inovasi teknologi, teknik keuangan yang baru, tumbuhnya perdagangan dan
kemakmuran. Perkembangan-perkembangan semacam itu menimbulkan ketegangan dan
kontradiksi di dalam sebuah sistem. Menurut Marx, sebuah jenis produksi baru
akan muncul bersamaan dengan munculnya kelas baru yang mengeksploitasi. Secara
perlahan-lahan, struktur masyarakat lama akan berisikan perkembangan-perkembangan
yang baru ini, dan kelas baru menantang supremasi kelas penguasa lama. Semua
kontradiksi dan konflik hanya dapat diselesaikan dengan revolusi, karena setiap
kelas penguasa lama akan mempertahankan kekuasaan dengan segala cara. Setelah dilakukan
revolusi, kelas penguasa baru akan mentransformasikan masyarakat sesuai dengan
cara produksi dan ideologinya sendiri.
Mekanisme perubahan yang rumit ini dianggap
bisa menjelaskan bagaimana terjadinya tahap perkembangan manusia menjadi tahap
yang lain, meskipun secara konsisten Marx hanya menerapkannya untuk tahap
perkembangan yang belakangan. Tahap-tahap yang diidentifikasi oleh Marx adalah
sebagai berikut, sebelum muncul peradaban yang mapan menurut Marx, masyarakat
bercirikan komunisme primitif, dimana semua harta adalah milik kepala suku.
Ketika orang menetap dan menciptakan peradaban yang sebenarnya, harta milik
komunitas masih dipertahankan dalam kehidupan desa, meskipun kelebihannya
dibayarkan sebagai upeti pada negara yang lalim, yang mengorganisasi kerja
publik besar untuk menangani masalah pengairan atau mempertahankan tanah. Marx
menyebut ini sebagai cara produksi Asiatik, karena cara ini masih bertahan di
Asia, sementara bagian dunia yang lain telah bergerak ke tahap-tahap
perkembangan yang lebih belakangan. Tipe Asia digantikan oleh tipe Klasik, yang
merupakan sebuah sistem ekonomi yang didasarkan pada perbudakan. Ini akhirnya
memberi jalan pada tipe feodal, yang akhirnya digantikan oleh tipe kapitalis
atau borjuis[3].
Bagimanapun, kelas kapitalis memiliki
persoalannya sendiri. Seorang kapitalis dituntut cerdas dan cakap, tidak
seperti kaum feodal yang gila hormat. Ekonomi kapitalis didasarkan pada
kompetisi, sehingga seorang kapitalis harus terus-menerus memperbaiki daya
saingnya dengan memproduksi lebih banyak barang dengan harga yang semakin
murah. Ini dapat dilakukan melalui dua cara: Pertama, dengan mesin baru yang
lebih baik, yang akan meningkatkan kekuatan pekerja dalam menciptakan nilai.
Kedua, dengan mengurangi jumlah pekerja. Ada tekanan terus-menerus pada seorang
kapitalis untuk semakin mengekploitasi para pekerjanya, mengambil jumlah nilai
surplus. Kapitalis yang lebih kuat akan berkembang, sementara yang lemah akan
tertendang dari bisnis. Maka, kelas kapitalis tumbuh semakin kecil dan semakin
kaya, sementara kelas proletariat tumbuh semakin besar dan celaka.
Marx mengatakan bahwa kaum kapitalis adalah
orang-orang yang bersikap aneh yang mempekerjakan dan mendidik orang-orang
(buruh) yang akan menghancurkan masa depannya. Tidak seperti tipe produksi
lain, kapitalisme industri selalu berpusat pada pada tenaga kerjanya. Dalam
keadaan ini, kaum proletariat berkesempatan untuk mengorganisasi diri dan
mencapai saling pemahaman tentang pengalamannya sendiri dan apa yang perlu
dilakukan, dengan kata lain, kaum proletariat memiliki kesempatan untuk
mencapai apa yang disebut Marx dengan kesadaran kelas.
Penderitaan mau tidak mau telah memaksa kaum
proletariat untuk melihat keadaan dirinya secara jelas, tanpa didistorsi oleh
ideologi borjuis. Mereka akan menilai bahwa masyarakat kapitalis tidak boleh
terus hidup. Kaum proletariat mampu dan harus dan harus mengambil alih alat
produksi, membuang peran kapitalis dalam produksi yang bersifat parasit.
Singkatnya, kelas pekerja akan menyadari dunia kapitalis bukanlah akhir dari
proses sejarah[4]. Dengan mengikuti dinamika perkembangan
sejarah hingga puncaknya yang logis, Marx percaya bahwa kita dapat memprediksi
transformasi tahap kapitalis ke tahap lebih lanjut dan final, komunisme.
Komunisme pasti merupakan tahap akhir karena ia akan menyelesaikan konflik dan
kontradiksi. Ia juga merupakan sintesis terbaik dari semua masyarakat
terdahulu.
Marx percaya bahwa revolusi komunis tidak dapat
dielakkan. Kapitalisme tidak dapat diperbaharui, begitu pula dengan keadaan
para pekerja. Kelas kapitalis tidak bisa mengubah cara hidup mereka. Mereka
harus terus mengeksploitasi kaum pekerja atau berhenti jadi kapitalis. Dinamika
perkembangan kapitalis begitu kuat, dan kontradiksi internalnya begitu
fundamental, sehingga kelas kapitalis akhirnya akan menemui kehancuran dirinya.
Marx menegaskan bahwa hanya melalui revolusi yang kejam dan penciptaan
masyarakat komunis, semua kontradiksi ini akhirnya dapat dihilangkan.
Di lain sisi, Marx memiliki keyakinan bahwa
revolusi komunis baru akan terjadi setelah kapitalisme mencapai puncak
perkembangannya. Marx melihat revolusi dimulai di industri Barat yang maju.
Tetapi, dimanapun dimulainya, revolusi akan terjadi di seluruh dunia, karena
salah satu segi kapitalisme yang unik adalah kemampuannya melalui perdagangan
dan eksploitasi di daerah koloni untuk membawa seluruh dunia di dalam
jaringannya. Marx juga berpandangan, bahwa nasionalisme adalah aspek ideologi
borjuis, sebaliknya kesadaran kesadaran proletariat benar-benar bersifat internasional,
yakni dimana adanya kesamaan antara pekerja di negeri-negeri lain dibandingkan
dengan kaum borjuis itu sendiri. Maka, ketika revolusi komunis dimulai di
sebuah negara, revolusi ini akan cepat menyebar ke negara lain dan akhirnya ke
seluruh dunia, sehingga seluruh umat manusia akan terbebas sama sekali.
Namun, Marx tidak percaya bahwa revolusi
komunis akan segera diikuti oleh masyarakat komunis. Sebelum muncul masyarakat
komunis, menurutnya akan terjadi lebih dahulu periode transisi yang disebut
oleh Marx dengan kediktatoran proletariat, dimana kekuasaan tertinggi terletak
di tangan pekerja. Negara dan instrumennya masih menjadi alat bagi kelas
penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya, tetapi perbedaannya yang menjadi
penguasa sekarang adalah kelas pekerja, pihak mayoritas. Kediktatoran
proletariat memiliki dua tugas : Pertama, mempertahankan dan memperluas
revolusi. Kedua, mempersiapkan jalan bagi tahap akhir sejarah manusia,
mendirikan masyarakat tanpa kelas dan tanpa negara, jenis masyarakat yang bagi
Marx adalah yang paling sesuai untuk alam manusia.
[1]
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm 270.
[2] Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir:
Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya, hlm. 244.
[4]
Joseph Losco dan Leonard Williams, Political
Theory: Kajian Klasik Dan Kontemporer Volume II, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2005, hlm. 573.