Friday, November 18, 2016

makalah konflik (sosial)

Karl Marx
Di dalam The Manifesto of the Comunist Party yang ditulisnya bersama Engels, Marx mengemukakan konsepsinya mengenai perjuangan kelas. Di dalam halaman pertama buku tersebut, ada sebuah kalimat.
“Sejarah dari semua masyarakat yang ada sampai saat ini merupakan cerita dari perjuangan kelas. Kebebasan dan perbudakan, bangsawan dan kampungan, tuan dan pelayan, kepala serikat kerja dan para tukang, dengan kata lain, penekan dan yang ditekan, berada pada posisi yang selalu bertentangan satu sama lainnya, dan berlangsung tanpa terputus.”
Dalam pernyataan Marx tersebut, secara tersirat beberapa konsepsi pemikiran penting Marx dan Engels. Pertama, bahwa gagasan sentral dan yang ada dibalik pernyataan itu adalah fakta bahwa sejarah sejarah umat manusia diwarnai oleh perjuangan atau pertarungan diantara kelompok-kelompok manusia. Dan, dalam bentuknya yang transparan, perjuangan itu berbentuk perjuangan kelas. Menurut Marx, perjuangan ini akan senatiasa terjadi dan permanen karena merupakan bagian yang inheren dalam kehidupan sosial, serta akan terus berlangsung sejak dimunculnya kelas-kelas sosial.
Kedua, pernyataan tersebut mengandung preposisi bahwa dalam sejarah perkembangan masyarakat selalu terdapat polarisasi. Suatu kelas hanya berada dalam posisi pertentangan dengan kelas-kelas lainnya. Dan kelas yang saling bertentangan itu tidak lain adalah kelas penindas dan kelas tertindas. Marx berpandangan bahwa dalam proses perkembangannya masyarakat akan mengalami perpecahan dan kemudian terbentuk dua blok kelas yang saling bertarung, kelas borjuasi kapitalis dan kelas proletariat.[1]
Mengacu pada kedua hal tersebut, Marx menilai bahwa arti penting dari konflik kelompok ekonomi bagi berjalannya proses politik. Secara umum menurutnya, pertentangan tersebut merupakan kenyataan yang inheren dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Marx mencoba membedakan konflik kapitalis-pekerja dengan pertentangan kelas sebelumnya. Di masa lampau, satu kelas hanya membangun satu kekuasaan kelas baru setelah menumbangkan dominasi dari kelompok yang berkuasa. Di bawah sistem kapitalis modern, proletariat secara bertahap menyerap semua kelopmpok sosial kecuali sekelompok kecil kapitalis. Kemenangan dari kelompok proletariat, menurutnya adalah kemenangan semua masyarakat dan bukan kemenangan sebagian kecil yang signifikan. Ketika kemenangan kelompok ini tercapai, konflik kelas akan berakhir karena semua pembagian kelas telah dieliminasi. Sintesis baru akan muncul dan bebas dari ketegangan internal yang telah memporak-porandakan masyarakat.
Kerangka singkat dan sederhana tentang masyarakat feodal dan kapitalis ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana sebuah masyarakat dapat berubah jika kelas penguasanya tetap solid. Menurut Marx, berdasarkan prinsip bahwa substruktur menentukan struktur atas, maka kekuatan sosial dan ekonomi menciptakan perubahan sejarah. Peristiwa-peristiwa besar, seperti Reformasi atau Revolusi Perancis, tidak muncul karena perubahan ide rakyat atau karena tindakan-tindakan indivindu besar, semua ini hanyalah manifestasi luar dari perubahan struktur bawah yang lebih dalam.
Dalam teorinya mengenai dinamika dasar perubahan[2], sejarah dibangun di seputar empat ide yang saling terkait: perkembangan ekonomi, konflik kelas, dialektika, dan revolusi. Setiap cara produksi, Marx percaya, serta memiliki logika tersendiri. Ekonomi berubah dan berkembang melalui inovasi teknologi, teknik keuangan yang baru, tumbuhnya perdagangan dan kemakmuran. Perkembangan-perkembangan semacam itu menimbulkan ketegangan dan kontradiksi di dalam sebuah sistem. Menurut Marx, sebuah jenis produksi baru akan muncul bersamaan dengan munculnya kelas baru yang mengeksploitasi. Secara perlahan-lahan, struktur masyarakat lama akan berisikan perkembangan-perkembangan yang baru ini, dan kelas baru menantang supremasi kelas penguasa lama. Semua kontradiksi dan konflik hanya dapat diselesaikan dengan revolusi, karena setiap kelas penguasa lama akan mempertahankan kekuasaan dengan segala cara. Setelah dilakukan revolusi, kelas penguasa baru akan mentransformasikan masyarakat sesuai dengan cara produksi dan ideologinya sendiri.
Mekanisme perubahan yang rumit ini dianggap bisa menjelaskan bagaimana terjadinya tahap perkembangan manusia menjadi tahap yang lain, meskipun secara konsisten Marx hanya menerapkannya untuk tahap perkembangan yang belakangan. Tahap-tahap yang diidentifikasi oleh Marx adalah sebagai berikut, sebelum muncul peradaban yang mapan menurut Marx, masyarakat bercirikan komunisme primitif, dimana semua harta adalah milik kepala suku. Ketika orang menetap dan menciptakan peradaban yang sebenarnya, harta milik komunitas masih dipertahankan dalam kehidupan desa, meskipun kelebihannya dibayarkan sebagai upeti pada negara yang lalim, yang mengorganisasi kerja publik besar untuk menangani masalah pengairan atau mempertahankan tanah. Marx menyebut ini sebagai cara produksi Asiatik, karena cara ini masih bertahan di Asia, sementara bagian dunia yang lain telah bergerak ke tahap-tahap perkembangan yang lebih belakangan. Tipe Asia digantikan oleh tipe Klasik, yang merupakan sebuah sistem ekonomi yang didasarkan pada perbudakan. Ini akhirnya memberi jalan pada tipe feodal, yang akhirnya digantikan oleh tipe kapitalis atau borjuis[3].
Bagimanapun, kelas kapitalis memiliki persoalannya sendiri. Seorang kapitalis dituntut cerdas dan cakap, tidak seperti kaum feodal yang gila hormat. Ekonomi kapitalis didasarkan pada kompetisi, sehingga seorang kapitalis harus terus-menerus memperbaiki daya saingnya dengan memproduksi lebih banyak barang dengan harga yang semakin murah. Ini dapat dilakukan melalui dua cara: Pertama, dengan mesin baru yang lebih baik, yang akan meningkatkan kekuatan pekerja dalam menciptakan nilai. Kedua, dengan mengurangi jumlah pekerja. Ada tekanan terus-menerus pada seorang kapitalis untuk semakin mengekploitasi para pekerjanya, mengambil jumlah nilai surplus. Kapitalis yang lebih kuat akan berkembang, sementara yang lemah akan tertendang dari bisnis. Maka, kelas kapitalis tumbuh semakin kecil dan semakin kaya, sementara kelas proletariat tumbuh semakin besar dan celaka.
Marx mengatakan bahwa kaum kapitalis adalah orang-orang yang bersikap aneh yang mempekerjakan dan mendidik orang-orang (buruh) yang akan menghancurkan masa depannya. Tidak seperti tipe produksi lain, kapitalisme industri selalu berpusat pada pada tenaga kerjanya. Dalam keadaan ini, kaum proletariat berkesempatan untuk mengorganisasi diri dan mencapai saling pemahaman tentang pengalamannya sendiri dan apa yang perlu dilakukan, dengan kata lain, kaum proletariat memiliki kesempatan untuk mencapai apa yang disebut Marx dengan kesadaran kelas.
Penderitaan mau tidak mau telah memaksa kaum proletariat untuk melihat keadaan dirinya secara jelas, tanpa didistorsi oleh ideologi borjuis. Mereka akan menilai bahwa masyarakat kapitalis tidak boleh terus hidup. Kaum proletariat mampu dan harus dan harus mengambil alih alat produksi, membuang peran kapitalis dalam produksi yang bersifat parasit. Singkatnya, kelas pekerja akan menyadari dunia kapitalis bukanlah akhir dari proses sejarah[4].  Dengan mengikuti dinamika perkembangan sejarah hingga puncaknya yang logis, Marx percaya bahwa kita dapat memprediksi transformasi tahap kapitalis ke tahap lebih lanjut dan final, komunisme. Komunisme pasti merupakan tahap akhir karena ia akan menyelesaikan konflik dan kontradiksi. Ia juga merupakan sintesis terbaik dari semua masyarakat terdahulu.
Marx percaya bahwa revolusi komunis tidak dapat dielakkan. Kapitalisme tidak dapat diperbaharui, begitu pula dengan keadaan para pekerja. Kelas kapitalis tidak bisa mengubah cara hidup mereka. Mereka harus terus mengeksploitasi kaum pekerja atau berhenti jadi kapitalis. Dinamika perkembangan kapitalis begitu kuat, dan kontradiksi internalnya begitu fundamental, sehingga kelas kapitalis akhirnya akan menemui kehancuran dirinya. Marx menegaskan bahwa hanya melalui revolusi yang kejam dan penciptaan masyarakat komunis, semua kontradiksi ini akhirnya dapat dihilangkan.
Di lain sisi, Marx memiliki keyakinan bahwa revolusi komunis baru akan terjadi setelah kapitalisme mencapai puncak perkembangannya. Marx melihat revolusi dimulai di industri Barat yang maju. Tetapi, dimanapun dimulainya, revolusi akan terjadi di seluruh dunia, karena salah satu segi kapitalisme yang unik adalah kemampuannya melalui perdagangan dan eksploitasi di daerah koloni untuk membawa seluruh dunia di dalam jaringannya. Marx juga berpandangan, bahwa nasionalisme adalah aspek ideologi borjuis, sebaliknya kesadaran kesadaran proletariat benar-benar bersifat internasional, yakni dimana adanya kesamaan antara pekerja di negeri-negeri lain dibandingkan dengan kaum borjuis itu sendiri. Maka, ketika revolusi komunis dimulai di sebuah negara, revolusi ini akan cepat menyebar ke negara lain dan akhirnya ke seluruh dunia, sehingga seluruh umat manusia akan terbebas sama sekali.
Namun, Marx tidak percaya bahwa revolusi komunis akan segera diikuti oleh masyarakat komunis. Sebelum muncul masyarakat komunis, menurutnya akan terjadi lebih dahulu periode transisi yang disebut oleh Marx dengan kediktatoran proletariat, dimana kekuasaan tertinggi terletak di tangan pekerja. Negara dan instrumennya masih menjadi alat bagi kelas penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya, tetapi perbedaannya yang menjadi penguasa sekarang adalah kelas pekerja, pihak mayoritas. Kediktatoran proletariat memiliki dua tugas : Pertama, mempertahankan dan memperluas revolusi. Kedua, mempersiapkan jalan bagi tahap akhir sejarah manusia, mendirikan masyarakat tanpa kelas dan tanpa negara, jenis masyarakat yang bagi Marx adalah yang paling sesuai untuk alam manusia.





[1] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm 270.
[2] Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya, hlm. 244.
[3] Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, Jakarta: CV. Rajawali, 1982, hlm. 165.
[4] Joseph Losco dan Leonard Williams, Political Theory: Kajian Klasik Dan Kontemporer Volume II, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 573.